advertisements
advertisements
Gambar Bergantian

Hati-Hati terhadap Yahudi!

advertisements

Oleh : Nuim HidayatDirektur Forum Studi Sosial Politik.

Sekitar 1997, di kantor Majalah Media Dakwah datang seorang peneliti dari Amerika. Dia mengaku Yahudi. Umurnya sekitar 60-70an.

Ia bertanya kepadaku, bagaimana anda mengartikan ini (sambil menyodorkan halaman pertama Media Dakwah) yang isinya hadits Rasulullah Saw: “Kaum Yahudi, nanti akan memerangi kalian. Akan tetapi kalian (diberi kekuatan) menguasai (mengalahkan) mereka, kemudian batu pun berkata, “Wahai Muslim, ada orang Yahudi di belakangku, bunuhlah dia.” (HR Muslim, At-Tirmidzi, Ahmad)

“Ya itu metafora, nanti akhir zaman Yahudi akan dikalahkan,” jawabku singkat. Ia kemudian bertanya aku lulusan dari kampus mana dan beberapa temanku wartawan juga ditanya. Kemudian ia memotret aku dan teman-teman. Majalah Media Dakwah, adalah resmi terbitan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII).

Saat itu aku sebenarnya ingin menyatakan bahwa hadits itu seperti sabda Rasulullah Saw, surga itu di bawah telapak kaki ibu.

Hadits Rasulullah Saw itu kini terbukti. Mayoritas masyarakat di dunia -baik Muslim dan non Muslim- kini benci kepada Yahudi (Israel). Yahudi yang membunuh lebih dari 180 ribu warga Palestina –termasuk wanita dan anak-anak- seperti Drakula. Sosok makhluk yang haus darah. Makin banyak darah yang mengucur, makin gembira. Yahudi telah bersekutu dengan Iblis.

Maka, batu ciptaan Allah pun ikut membencinya. Bila ia bisa bicara, akan mengatakan inilah Yahudi, bunuhlah. Bunuhlah mereka, agar dunia bisa damai. Agar manusia bisa hidup tenang di muka bumi.

Yahudi adalah sosok yang haus kekuasaan, haus harta dan menganggap dirinya ras yang terbaik. Ras yang berhak memimpin dunia. Ras lain harus di bawah dia.

Henry Ford, pendiri perusahaan mobil Ford menyibak agenda-agenda dan konspirasi Yahudi di Amerika berdasarkan fakta-fakta dan dokumen yang valid. Ia menulis buku “The International Jew” (1977, sudah diterjemahkan).

Maka jangan heran buku ini ancaman besar bagi Yahudi. Buku ini salah satu buku terlaris sepanjang masa di Amerika. Diperkirakan lebih dari 10 juta kopi buku terjual di Amerika saja.

“The International Jew” telah diterjemahkan ke dalam 16 bahasa, termasuk dalam bahasa Arab. Terjual juga jutaan kopi di Eropa, Amerika Latin dan Timur Tengah.

Protes keras datang dari Yahudi Amerika saat itu. Mereka berkampanye melawan Henry Ford. Akhirnya di bawah tekanan, Ford menghentikan peredaran buku ini.

Yahudi dan gerombolannya pergi ke toko-toko buku dan membeli serta menghancurkan semua buku yang bisa ditemukan. Para pencuri ditugaskan untuk mengunjungi perpustakaan dan mencuri buku itu dari sana. Akhirnya buku itu menjadi sangat langka dan sulit ditemukan. Tidak heran buku itu menjadi incaran para kolektor.

Dalam wawancaranya dengan reporter New York Times pada Natal 1921, Ford menjelaskan misinya saat berada di atas Kapal Perdamaian.

“Orang-orang Yahudi sendiri meyakinkanku soal hubungan Yahudi Internasional dengan peperangan (Perang Dunia I). Bahkan mereka berusaha kuat meyakinkanku. Di atas Kapal Perdamian, ada dua orang Yahudi terkemuka. Belum lagi kami berlayar sejauh 200 mil, mereka mulai memberitahuku tentang kekuatan ras Yahudi. Tentang cara mereka mengendalikan dunia melalui kontrol mereka terhadap emas. Dan hanya bangsa Yahudi yang bisa mengakhiri peperangan. Aku enggan mempercayainya, tapi mereka kemudian memberikan detailnya. Tentang cara mereka memiliki uang, cara mereka menguasai semua bahan dasar untuk berperang dan sebagainya. Mereka berbicara begitu lama dan mengesankan, sehingga mereka berhasil meyakinkanku. Mereka berkata -dan meyakininya- bahwa Yahudi lah yang memulai perang. Mereka akan melanjutkannya selama mungkin. Dan jika Yahudi belum berminat menghentikan perang, perang tidak akan berhenti. Aku begitu muak mendengar pernyataan mereka, sampai-sampai aku berpikir untuk memutar kembali kapalku.”

Saat itu, Ford menjadi yakin bahwa ada rahasia terorganisasi dan berbahaya yang mengancam Amerika, yakni orang-orang Yahudi yang terampil. Ia pun bergerak melakukan sesuatu. Dia sangat yakin jika ancaman ini dibeberkan, orang-orang Yahudi yang bermoral dan bertanggungjawab itu akan terancam.

Riset Ford menunjukkan bagaimana Yahudi menerapkan rencana-rencana mereka yang dirincikan dalam “Protocols of Learned Elders ff Zion.”

Berkenaan dengan protocol itu, pada 17 Februari 1921 Ford mengatakan, ”Satu-satunya pernyataan yang bisa saya keluarkan berkenaan dengan Protokol itu adalah semuanya sesuai dengan apa yang tengah terjadi saat ini…Protokol-protokol itu sesuai dengan situasi dunia sampai saat ini.”

Ketika diberitahu bahwa kaum Yahudi menyatakan Protokol itu sebagai dokumen palsu, Ford tidak mau menghabiskan waktu untuk berdebat. Dia hanya berkata, ”Apapun alasannya, yang jelas semuanya sesuai dengan apa yang terjadi di dunia saat ini.”

Ford menghembuskan nafas terakhir pada 7 April 1947 di Dearborn. Sebelumnya ia mendapat kecelakaan mobil misterius yang nyaris merenggut nyawanya.

Jadi, meskipun jutaan kopi buku Ford terjual di seluruh Amerika, namun sekarang ini buku tersebut hampir mustahil ditemukan. Mengapa demikian? Karena di negara Amerika yang disebut sebagai negara demokratis dan pluralis, buku ini diberangus secara terang-terangan. Anda tidak akan bisa membelinya di toko-toko lokal. Tidak juga bisa ditemukan di perpustakaan lokal.

Pada 1952, Mr Gerald LK Smith, Direktur Nasional Christian Nationalist Crusade, Lons Angeles, California menerbitkan edisi baru seri The International Jew dari artikel-artikel Ford. Terbitan baru ini juga dibeli dan dimusnahkan oleh kaum Yahudi.

Empat set volume asli The International Jew, berisi lebih dari 1000 halaman, bukan sekadar buku biasa. Pandangan-pandangannya tentang akar-akar situasi politik saat ini sangat mencengangkan dan mempunyai kekuatan untuk memprediksi. Yahudi Internasional dan gerakan zionisnya berperan sangat besar dalam mempengaruhi perdamaian dunia dan masa depan anak-anak kita. Kebijakan-kebijakan luar negeri Amerika saat ini ditentukan di Tel Aviv. Di sana kepentingan-kepentingan Israel begitu diutamakan, sementara kepentingan rakyat Amerika tidak diperhitungkan.

Donald Bergus, duta besar pertama Amerika Serikat untuk Sudan pernah menulis,”Di Departemen Luar Negeri, kita biasa memprediksi bahwa jika perdana menteri Israel menyatakan dunia ini datar, maka dalam tempo 24 jam Kongres akan menggulirkan resolusi yang memberikan ucapan selamat atas temuannya.”

New York merupakan pusat populasi kaum Yahudi di dunia. Kota tersebut menjadi pintu gerbang sebagian besar barang-barang impor dan ekspor Amerika yang dikenai pajak. Di sana pula, semua bisnis yang dilakukan di Amerika memberikan penghormatan kepada para penguasa uang. Bagian terpenting dari kota itu berada dalam genggaman orang-orang Yahudi.

Tidak heran para penulis Yahudi yang menyaksikan kemakmuran ini, berseru dengan antusias bahwa Amerika Serikat adalah Tanah Yang Dijanjikan seperti yang dulu dikabarkan para Nabi. New York dalah Yerusalem baru. Sejumlah penulis lain bahkan memuji lebih jauh dan mendeskripsikan puncak-puncak pegunungan Rocky sebagai Pegunungan Zion.

Pada zaman George Washington, terdapat sekitar 4000 Yahudi di negara itu. Sebagian besar adalah pedagang-pedagang yang sukses. Mereka menyokong kepentingan Amerika dan membantu koloni-koloni revolusioner dengan memberikan pinjaman pada masa-masa kritis.

Dalam lima puluh tahun, jumlah penduduk Yahudi di Amerika mengalami peningkatan sampai lebih dari 3,3 juta jiwa. Saat ini tidak seorangpun bisa memperkirakan jumlah mereka secara akurat.

Daftar bisnis yang dikontrol oleh Yahudi Amerika Serikat meliputi industri-industri paling vital, industri-industri yang benar-benar vital dan melalui cara-cara tertentu membuat beberapa industri tampak menjadi vital. Bisnis tontonan secara eksklusif dikuasai oleh mereka, produksi tontonan, pemesanan tiket, operasi bioskop semuanya berada di tangan orang-orang Yahudi. Saat ini hampir setiap produksi film bisa dideteksi sebagai propaganda. Terkadang iklan komersial yang mencolok terkadang instruksi politik langsung.

Industri film, industri gula, industri tembakau, lima puluh persen lebih dari industri pengemasan daging, 60 persen lebih industri pembuatan sepatu, sebagian besar industri musik di negara ini, bisnis minuman keras, perhiasan, padi, kapas, minyak, baja, ‘magazine authorship’, distribusi media massa, bisnis peminjaman dan banyak industri lain. Baik berskala nasional maupun internasional. Semuanya berada di bawah kontrol Yahudi Amerika, baik dilakukan sendiri maupun bekerjasama dengan jaringan Yahudi di luar negeri.

Tragedi Intelektual Indonesia

Pengaruh Yahudi dalam politik di Indonesia, bisa kita tengok dalam kasus Prof William Liddle. Ia seorang Yahudi dan bertugas di Ohio University. Ia dikenal mahasiswa-mahasiswanya sebagai seorang profesor yang baik hati, ramah dan ingin kebaikan bagi mahasiswa-mahasiswanya. Ketika Liddle berusia 70 tahun, mahasiswanya bareng-bareng menulis buku memujinya.

Diantara mahasiswa-mahasiswanya di Indonesia adalah: Rizal Mallarangeng, Denny JA dan Saiful Mujani. Pulang dari Amerika mendapat gelar doktor, ketiganya memang berperan di Indonesia.

Rizal aktif dalam partai Golkar bahkan pernah mencoba kampanye sebagai calon presiden, tapi tidak laku. Denny JA ahli survei yang handal, membentuk LSI Denny JA (Lingkaran Survei Indonesia). Denny telah ‘menjadikan’ banyak kepala daerah dan presiden. Saiful Mujani membentuk Saiful Mujani Research and Consulting.

Ketiganya memang menjadi tokoh politik, tapi luntur keislamannya. Ketiganya menganut faham pluralisme agama (semua agama benar). Ketiganya hanya berfokus bagaimana agar menghasilkan uang yang banyak dan dapat mempengaruhi kekuasaan. Dari ketiganya, Denny JA lah yang aktif menulis ide pluralisme agama.

Liddle memang seorang Yahudi yang konsen terhadap perpolitikan di tanah air. Artikel-artikelnya sering dimuat KompasTempo dan lain-lain. Ia dari Amerika, selalu membaca media massa dan buku-buku yang beredar di Indonesia.

Ia sangat mendukung gagasan Nurcholish Madjid dan Gus Dur tentang pluralisme agama. Bahkan Nurcholish sakit pun dijenguknya. Ia pernah menulis artikel panjang tentang Media Dakwah, dan menyebutnya sebagai ‘kelompok tekstualis’. Liddle juga punya pengaruh yang ‘cukup kuat’ di pemerintahan Amerika saat itu.

Eep Saefullah Fatah sebenarnya kader Liddle juga. Tapi ia kabarnya tak sampai selesai doktornya. Mungkin Eep nggak cocok dengan Liddle. Profesor Yahudi ini pernah berkata sinis terhadap istri Eep, Sandrina Malakiano, yang berjilbab.

O ya, satu lagi mahasiswa Liddle adalah Salim Said (almarhum). Ia dikenal sebagai ahli militer di Indonesia. Setelah tua, nampak Salim semakin saleh. Ia menulis buku tentang bahaya komunis dan juga menyibak peran Benny Moerdani dalam perpolitikan di tanah air saat itu.

Bila para mahasiswa Liddle ramai-ramai memujinya, beda dengan Amien Rais. Amien tahu jejak Liddle di Amerika dan Indonesia. Amien memang ahli politik yang mempunyai pemahaman Islam yang mumpuni. Amien mengatakan Liddle, Yahudi Tengik. Sebuah perkataan yang sangat kasar. Tapi perkataan itu pantas disematkan kepadanya, karena pendidikan yang diberikannya menghancurkan akidah Islam.

Amien adalah tokoh penentang utama ide pluralisme agama yang dikembangkan Cak Nur dan Gus Dur. Sejak menjadi mahasiswa di Amerika, tulisan-tulisan Amien telah menghiasi majalah Islam di tanah air, di antaranya Panji Masyarakat.

Kritik keras Amien Rais terhadap Liddle ini rupanya menjadi bahan makalah bagi Burhanuddin Muhtadi ketika mengambil kuliah di Australian National University (ANU). Di makalahnya itu Burhan mengritik tajam Mohammad Natsir, Amien Rais dan lain-lain yang benci kepada Yahudi.

Yang aneh dalam makalah berbahasa Inggris itu Burhan menyatakan tidak ada ‘jaringan Yahudi’. Saya pernah menulis di Tabloid Suara Islam (2014) menanggapi makalah Burhan itu dengan judul: “Burhanudin Muhtadi, Menyanjung Orientalis dan Memojokkan Islam.”

Cak Nur, Gus Dur dan Yahudi

Cak Nur dan Gus Dur memang seperti terkesima dengan Yahudi. Ide-ide Yahudi tentang pluralisme agama dipegangnya erat. Cak Nur menerbitkan jurnal Ulumul Qur’an yang menampung juga tulisan intelektual Yahudi. Banyak tulisannya di jurnal itu, diantara yang menohok gerakan Islam adalah tulisan tentang bahaya fundamentalisme agama. Tulisan-tulisan Cak Nur, Gus Dur dan pengikutnya diberi tempat yang luas oleh Kompas.

Gus Dur memang dikenal dekat dengan Yahudi. Ia sering membela Yahudi (dan kaum Kristen). Saking dekatnya, ia memperoleh Shimon Peres Award. Ketika Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) terbentuk dan ramai umat Islam menyambutnya, Gus Dur menentangnya. Yang ramai ditentang tokoh Islam saat itu, adalah ketika Gus Dur membawa keliling Jenderal Benny Moerdani ke pesantren-pesantren setelah peristiwa Tanjung Priok, 1984.

Gus Dur dan Cak Nur tentu ada kebaikannya. Tapi catatan-catatan merah dari tokoh-tokoh Islam kepada keduanya tak bisa diabaikan.

Kini bila Yahya Staquf dan lima cendekiawan NU ‘terkesima dengan Yahudi’, maka mereka hanya melanjutkan pemikiran tokoh sebelumnya (Gus Dur). Dan ini diakui sendiri oleh Staquf. Mereka seperti orang desa yang takjub melihat gemerlapnya kota. Mereka takjub lihat gedung-gedung tinggi, rumah rumah mewah dan lain-lain. Mereka takjub melihat benda, lupa melihat manusia.

Mereka melihat Israel hebat, Yahudi hebat. Mereka hanya melihat akal Yahudi yang hebat, tapi jiwanya kotor. Mereka melihat Israel teknologinya hebat, negaranya sejahtera dan lain-lain. Mereka lupa bahwa negara itu hasil rampokan. Negara itu dibangun dengan ribuan darah umat Islam mengalir, jutaan umat Islam mengungsi.

Yahudi Israel, jiwanya sekali lagi saya katakan, seperti drakula. Makin banyak darah yang mengalir, makin gembira. Yahudi, karena tidak ada ‘kitab suci’ maka mereka hanya menggunakan akal dan nafsu. Dan nafsu manusia bila sudah marah dan dendam, maka semua akan dilibasnya. Semua yang menentang dirinya, akan dimusnahkannya sampai (kalau bisa) mati semua yang menentangnya.

Itulah bahayanya Yahudi. Kaum Intelektualnya selalu berusaha menggerus akidah umat Islam, menyerukan pluralisme agama. Kaum militernya membunuh umat Islam sebanyak-banyaknya. Kaum penguasanya menanamkan keyakinan bahwa merekalah ras yang berhak memimpin dunia, kaum yang lain tidak pantas memimpin dunia (negara).

Tapi jangan khawatir. Ingatlah bahwa peradaban yang mengandalkan kekuatan militer dan senjata, adalah peradaban yang rendah. Peradaban yang tidak sesuai dengan naluri manusia.

Israel dan Amerika kini menjadi musuh bersama manusia dimana-mana. Jutaan manusia demo terus menerus menentang keduanya di Amerika sedniri, Eropa, Indonesia, dan negara-negara Islam lainnya.

Kini zaman internet, zaman yang berbeda. Orang hebat bukanlah orang yang bawa senjata. Orang hebat bukanlah orang yang meraih kuasa dengan paksaan, dengan senjata (militer). Orang hebat di masa kini adalah orang yang pandai berbagi (ilmu dan harta), orang yang memecahkan masalah di masyarakatnya, orang yang suka membantu orang lain dan seterusnya. Kata Rasulullah, orang yang terbaik akhlaknya.

Kaum Yahudi dan kaum kafir lainnya adalah kaum yang tertutup hatinya. Tertutup tidak memahami Al-Qur’an. Maka mereka tidak akan menciptakan masyarakat terbaik, seperti masyarakat Madinah yang dibina Rasulullah. Masyarakat yang berkasih sayang dan saling bantu membantu. Kaum kafir tidak mengenal bahaya sombong, hasad, tamak dan seterusnya. Kaum kafir tidak bisa menyatukan antara tasawuf dan politik. Karena rusaknya politik negara atau dunia, karena tidak ada tasawuf di dalamnya.

Al-Qur’an mengingatkan, ”Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membencinya.” (QS as Shaff 9). Wallahu azizun hakim.

 

Facebook Comments Box
Open chat
Halo 👋
Mau Hubungi RASTRA.NEWS?