advertisements
advertisements
advertisements

Demi Keamanan Aparat Tertibkan Penyapu Koin Jembatan Sewo karena Hambat Pemudik

advertisements

SUBANG (RASTRA.NEWS) – Kegiatan menyapu koin yang dilakukan warga sekitar Jembatan Sewo kerap menimbulkan kemacetan dan ketidaknyamanan bagi para pemudik. Aparat Kepolisian pun mengambil tindakan tegas dengan menertibkan para penyapu koin tersebut.

Fenomena penyapu koin di Jembatan Sewo, perbatasan antara Subang dan Indramayu, selalu muncul saat memasuki musim Lebaran.

Kapolsek Pusakanagara Kompol Jusdi Jachlan mengatakan pihaknya kerapkali menertibkan praktik yang dilakukan para warga sekitar jembatan Sewo. Hal ini dilakukan untuk kelancaran arus mudik maupun arus balik saat musim Lebaran tiba.

“Kami memberikan imbauan kepada penyapu koin untuk tidak melakukan praktik tersebut. Karena kalau praktik (menyapu koin) dilakukan tentunya akan menjadi titik krusial yang bisa menghambat arus mudik maupun arus balik,” kata Kompol Jusdi di Subang, Minggu (7/4/2024).

Meski telah ditertibkan, lanjut Jusdi, para penyapu koin itu datang lagi disaat aparat sudah tidak mengawasi kegiatan mereka. “Karenanya, kami terus melakukan upaya penertiban bersama aparat lainnya agar perjalanan mudik masyarakat menjadi lancer,” ujar Kompol Jusdi.

Dari hasil pantauan di sekitar jembatan Sewo, Subang pada Minggu (7/4/2024) terlihat para penyapu koin selalu kembali melakukan aksinya disaat petugas sudah tidak berjaga di are jembatan Sewo.

“Pembubaran warga yang menyapu koin ini bukan kali pertama sehingga petugas akan rutin kembali melakukan penjagaan di area tersebut,” kata Kompol Jusdi.

Dari berbagai sumber disebutkan bahwa tradisi penyapu koin ini tidak terlepas dari mitos yang ada selama ini, kisah mistis. Dahulu dipercaya ada kakak beradik yang bernama Saedah dan Saeni. Kedua bersaudara ini konon orang yang sangat miskin. Mereka berdua bertahan hidup dengan menjadi pengemis hingga meninggal dunia di sekitar Jembatan Sewo.

Sumber lainnya menyebutkan bahwa kisah mistis Jembatan Sewo bertambah kental, setelah peristiwa kecelakaan maut yang menimpa sebuah bus transmigran asal Boyolali. Peristiwa naas ini terjadi pada 11 Maret 1974 di Jembatan Sewo.

Rombongan transmigran tersebut hendak menuju Sumatra Selatan (Sumsel). Namun, salah satu bus yang membawa rombongan tersebut tergelincir, kemudian masuk ke sungai dan terbakar di kali Sewo Desa Sukra Kabupaten Indramayu.

Sebanyak 67 orang yang terdiri dari orang dewasa dan anak-anak tewas akibat kejadian tersebut. Semua korban yang tewas dimakamkan di dekat pemakaman umum yang terletak di dekat lokasi kejadian. Semenjak kejadian itu, banyak para pengendara yang melempar koin ketika melewati jembatan.

Hal ini bertujuan agar diberi keselamatan selama perjalanan melintasi Jalur Pantura dari gangguan makhluk halus. Masyarakat juga sangat meyakini bahwa yang meminta atau menyapu koin di sekitar jembatan ini, salah satunya merupakan jelmaan makhluk halus yang biasa menghuni Jembatan Sewo.

Hingga kini, tradisi melempar koin oleh para pengendara sudah menjadi tradisi. Bahkan yang dilempar bukan hanya uang koin saja. Terkadang mereka melempar lebih dari 1 koin, bahkan uang kertas dengan pecahan yang besar.

Tradisi menyapu koin pun telah menjadi mata pencaharian utama bagi masyarakat di sana. Bahkan ada penyapu koin yang telah puluhan tahun terjun sebagai penyapu koin di Jembatan Sewo.

Hal ini dikarenakan penghasilannya yang sangat menggiurkan, walaupun harus beraktivitas di bawah terik matahari. Tentunya juga risiko yang mengancam karena bisa mengakibatkan kecelakaan saat berusaha mengambil koin yang dilemparkan.

Facebook Comments Box
Open chat
Halo 👋
Mau Hubungi RASTRA.NEWS?